Gudang Informasi

Sinonim Dan Antonim

Sinonim Dan Antonim
Sinonim Dan Antonim

Pengertian Sinonim


Istilah padanan kata digunakan alasannya pertindihan pada kata-kata yang bersinonim itu cukup sehingga mengakibatkan kemiripan fungsi kata-kata yang bersinonim itu. Kata jejaka dan kata duda dalam bahasa Indonesia memiliki banyak kemiripan tentang cirri-cirinya kecuali dalam status perkawinan. Pertindihan yang tidak luas itu tidak masuk dalam padanan kata alasannya adalah adanya perbedaan yang fundamental pada kata-kata itu.




Memang kedua kata itu mempunyai persamaan bahwa yang dimaksud yakni seorang insan yang berjenis kelamin pria, tetapi persamaan itu tidak pernah dihiraukan orang, justru perbedaanya yang menjadi sentra perhatian yakni perbedaan status perkawinannya. Kesinoniman mutlak atau kesinoniman simetris memang tidak ada dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia.Oleh karena itu, kata-kata yang mampu dipertukarkan begitu saja jarang ada.




sinonim-dan-antonim


Ketidakmungkinan kita menukar suatu kata dengan kata lain yang bersinonim disebabkan oleh beberapa hal:



  1. Faktor waktu. Misalnya kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan.

  2. Faktor kawasan atau tempat. Misalnya kata aku dan beta.

  3. Faktor sosial. Misalnya kata saya dan aku.

  4. Faktor bidang aktivitas. Misalnya kata tasawuf, kebatinan, dan mistik adalah tiga buah kata yang bersinonim.

  5. Faktor nuansa makna. Misalnya kata-kata melihat, melirik, melotot, meninjau, dan mengintip, seluruhnya bersinonim.





Menurut Bambang Yudi Cahyono (1995:208) ada dua syarat sebuah dibilang sinonim, yaitu mempunyai kemiripan nyaris menyeluruh dan sesuatu yang ada diluar kemiripan itu tidak dianggap penting dan tidak banyak besar lengan berkuasa.


 Pembagian sinonim dengan mengikuti Palmer dalam T.Fatimah Djajasudarma (1999:40) selaku berikut :



  1. Perangkat persamaan kata yang salah satu anggotanya berasal dari bahasa daerah atau bahasa ajaib dan yang yang lain, yang terdapat didalam bahasa lazim. Misalnya, konde dan sanggul, domisili dan kediaman, khawatir dan gusar.

  2. Perangkat persamaan kata yang pemakaiannya bergantung terhadap langgam dan laras bahasa. Misalnya, dara, gadis,  dan  cewek; mati, meninggal,  dan wafat. Pemakaian kosakata langgam dan laras bahasa yang berbeda akan menciptakan kalimat yang tidak apik (ill-formed). Misalnya, “Cewek yang tinggal di rumah besar itu kemarin wafat”.




  3. Perangkat sinonim yang berlainan makna emotifnya, tetapi makna kognitifnya sama. Misalnya, negarawan dan politikus; bangsawan dan feodal.

  4. Perangkat sinonim yang pemakaiannya terbatas pada kata tertentu (keterbatasan kolokasi). Misalnya, telur bau, nasi basi, mentega tengik, susu asam, baju apek, busuk, busuk, tengik, asam dan apek mempunyai makna yang serupa, ialah jelek, namun tidak dapat saling mengambil alih sebab dibatasi persandingan yang dilazimkan.

  5. Perangkat persamaan kata yang maknanya kadang-kadang tumpang-tindih. Misalnya, bumbu  dan  rempah-rempah;  tidak yakin, cemas, dan ragu-ragu; kasatmata dan realistis.





Pengertian  Antonim


Kata antonim terdiri dari “anti” atau “ant” yang mempunyai arti musuh ditambah akar kata “onim” atau “onuma” yang berarti nama; ialah kata yang mengandung makna yang berkebalikan atau berlawanan dengan kata yang lain.


Contoh:


Kuat             ><        Lemah


Jauh              ><        Dekat




Antonim dan Pengembangan Kosakata


Telaah antonim merupakan suatu cara yang efektif untuk meningkatkan perbendaharaan serta kemampuan kosakata. Pada dasarnya murid-murid sekolah dasar kelas satu dan kelas dua sudah mengetahui desain lawan kata, seperti:


Atas              ><        Bawah


Besar            ><        Kecil




Antonim dapat pula di urutkan dari yang gampang (mirip yang tertera di atas) menuju yang lebih sukar, seperti:


Moral            ><        a tabiat


Internal         ><        Eksternal


Seperti juga halnya bahwa tidak ada dua sinonim yang sama betul-betul maknanya, maka sedikit sekali antonim yang benar-benar merupakan lawan dari kata-kata lain. Tetapi seperti juga halnya kita mampu menggolongkan padanan kata dengan sempurna berdasarkan makna biasanya, maka kita pun dapat pula mengklasifikasikan istilah-ungkapan tertentu sebagai lawan atau  hampirberlawanan dengan makna.




Dengan demikian maka kata pria harus diajarkan serempak dengan kata perempuan, begitu pula halnya:


Ayah            dengan              Ibu


Paman          dengan             Bibi


Pada tingkat yang lebih tinggi dan lebih sukar kita pun mampu mengajarkan:


Optimis        dengan                        Pesimis


Alfa              dengan                        Omega




Menelaah antonim mampu ialah suatu bagian dari analisis kata.



  • Antonim yang terbentuk dari prefiks:


Progresif          −          regresif


Pretes              −          Postes



  • Sufiks yang menyatakan perbedaan atau kontradiksi jenis kelamin:


Wartawan        −          wartawati


Sastrawan        −          sastrawati




Mempergunakan antonim-antonim selaku bagian dari analisis kata, terperinci melibatkan penggunaan perubahan dan peninjauan secara kontinyu, menghubungkan satu desain dengan desain lain, menyelenggarakan perkumpulan-perkumpulan, membangun serta membentuk wawasan gres menurut wawasan lama. Dalam salah satu latihan dalam bidang sastra, contohnya, para siswa mampu mencatat perbedaan antara:


Fiksi          dengan                        Fakta


Denotasi    dengan                        Konotasi


Prosa         dengan                        Puisi


Tragedi      dengan                        Komedi


Prolog        dengan                        Epilog


Antonim mampu pula ditelaah sebagai adjektif atau kata kondisi; contohnya:


Kuat          −          Lemah


Pandai       −          Bodoh




contoh-sinonim-dan-antonim


Macam-Macam Antonim


Fromkin & Rodman (1983: 193) serta Heatherington (1980: 139-140) membedakan antonim menjadi lima macam adalah antonim komplementer, antonim perbandingan (gradable), antonim relasional, antonim resiprokal, dan hiponim.


Antonim Komplementer


Diantara antonim-antonim yang ada terdapat antonim yang berkomplementer, yakni pasangan yang saling melengkapi. Yang satu tidaklah lengkap atau tidak tepat kalau tidak diikuti oleh yang satu lagi.


Sebagai contoh, kata hidup berantonim dengan kata mati. Pasangan antonim hidup-mati terasa saling melengkapi satu sama lain. Maka kata hidup terasa lebih mantap jikalau dipertentangkan dengan kata mati. Agak gila juga bahwa dengan kontradiksi atau perlawanan antara kedua kata tersebut justru terjelma kelengkapan satu sama lain. Dalam kata-kata sehari-hari kita mengungkapkan betapa tidak terbayangkan mati itu tanpa hidup, dan sebaliknya.




Contoh:


Hidup              =          tidak mati


Mati                 =          tidak hidup


Dengan kata lain mampu kita katakan bahwa:


Hidup              ><        mati


Jahat                ><        baik




Antonim Gradable (perbandingan)


Suatu antonim dapat disebut sebagai antonim gradable apabila penegatifan suatu kata tidaklah bersinonim dengan kata yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang tidak bahagia tidak perlu atau belum pasti murung. Atau dengan singkat mampu dirumuskan:


Tidak bahagia ≠ murung


Begitu pula:


Tidak sedih ≠ bahagia




Namun demikian, satu hal yang perlu diamati dan juga dianggap benar perihal antonim-antonim yang merupakan pasangan gradable ini adalah bahwa keunggulan sesuatu yakni ialah kelemahan yang lainnya. Contohnya:


Lebih besar                 yakni              kurang kecil


Lebih tinggi                 adalah              kurang rendah


Ciri lain pasangan antonim gradable yakni bahwa berciri atau bertanda dan yang satu lagi tidak berciri atau tidak bertanda. Anggota pasangan yang tidak berciri atau bertanda itu biasanya digunakan dalam petrtanyaan-pertanyaan yang ada kaitannya dengan kadar atau tingkat.




Sebagai pola, dalam kehidupan sehari-hari kita biasanya bertanya:


Berapa tingginya?        Bukan              barapa rendahnya?


Berapa jauh?               Bukan              berapa dekatnya?


Atas pertanyaan diatas kita mampu menjawab:


Tingginyalima meter.


Jauhnya sepuluh kilometer.




Antonim Relasional


Antonim yang memberikan kesimetrisan dalam makna anggota pasangannya disebut antonim relasional, karena antara anggota pasangan antonim itu terdapat hubungan yang sangat dekat. Contoh:


Guru          −          murid


atau


pengajar     −          pelajar


disebutantonim relasional




Dalam bahasa inggris, pasangan kata-kata yang bersufiks –er dan –ee lazimnya ialah pasangan relasional. Contoh:


Employer   −          employee


‘Majikan’   −          ‘pegawai; pekerja’


Berdasarkan realita sufiks –er dan –ee yang terdapat dalam bahasa inggris itu, agaknya dapat kita buat analogi bahwa dalam bahasa Indonesia pun, pasangan kata-kata yang berprefiks:


peN- dengan   pe-


ataupun:


pen-  dengan   ter-


dapat kita anggap selaku antonim relasional.


Contoh :


Penuduh    −          tertuduh


Pendakwa −          terdakwa


Penyuruh   −          pesuruh


Penindak   −          tertindak




Antonim Resiprokal


Ada pula sejenis antonim yang mengandung pasangan yang bertentangan atau bertentangan dalam makna tetapi juga secara fungsional berafiliasi akrab; kekerabatan itu justru korelasi timbal balik.Antonim mirip ini disebut antonim resiprokal. Contoh yang terang ialah pasangan kata: berbelanja-memasarkan. Kedua kata ini bertentangan maknanya tetapi secara fungsional berhubungan dekat sacara timbal balik.




Saya memasarkan terhadap kau,


dan


kamu berbelanja dari saya.


Hiponim


Antonim yang sering digunakan dan memang penting dalam nomenklatur (tatanama) ilmiah, dan dalam analisis semantik, disebut hiponim.


Dalam hiponim ini, bergotong-royong salah satu dari pasangan kata itu tidaklah bertentangan atau berlawanan sepenuhnya dengan yang satu lagi, namun justru yang satu mencakup yang lain.




Contoh:


Vertabrata       mencakup  ikan, reptile (hewan melata), dan mamalia


Gedung           meliputi pencakar langit,rumah besar, rumah, dll


Universitas      meliputi fakultas, departemen, jurusan, dll


Fonem             mencakup vokal, konsonan, diftong, dll


Sastra              mencakup puisi, prosa, drama.




Perlu kita sadari benar bahwa pembagian ragam antonim atas pasangan-pasangan komplementar, gradable, relasional, resiprokal, dan hiponim itu tidaklah bersifat mutlak, artinya lebih bersifat relatif. Suatu pasangan antonim tidak mesti hanya tergolong  pada satu jenis antonim tertentu saja, namun mungkin saja dimasukan kedalam dua atau lebih ragam antonim.




Kata Umum


Kata umum yakni kata-kata yang pemakaiannya dan maknanya bersifat lazim dan luas.Bidang dan obyek yang dicakup oleh kata lazim itu luas dan tidak secara spesifik merujuk atau merepresentasikan bidang atau obyek tertentu.Jenis kata biasa tidak mempunyai pertalian yang bersahabat dengan obyeknya.Sebagai akibatnya, kata lazim kurang memberi daya khayalan kepada audiens atau pembaca. Citra dalam asumsi audiens/ pembaca masih samar.




Contoh:


Ibu menanam pohon di halaman.


Andri menawarkan bunga terhadap Isti.


Pak Budi berbelanja 10 ekor ikan di pasar.




Sifat keumuman kata umum ini berguna dalam abstraksi, generalisasi, dan kategorisasi, sehingga kata ini sering dipakai dalam karya tulis eksposisi. Penggunaan kata lazim dalam karya tulis deskripsi atau narasi lebih dibatasi, mengenang kata umum kurang memberi daya imajinasi,sugesti, dan impresi terhadap pembaca.




Kata Khusus


Kata Khusus yakni kata-kata yang pemakaiannya dan maknanya bersifat spesifik dan sempit dan yang merujuk terhadap pemahaman realistis dan tertentu.Bidang, ruang lingkup, dan obyek yang dicakup oleh kata khusus itu sempit dan beliau secara spesifik merujuk atau merepresentasikan bidang, ruang lingkup, atau obyek yang sempit, di samping juga hanya meliputi faktor tertentu saja.




Jenis kata khusus memiliki pertalian yang erat dengan obyeknya.Sebagai balasannya, kata khusus memberi daya khayalan terhadap audiens atau pembaca. Citra dalam anggapan audiens/ pembaca tidak samar. Komunikator lebih sempurna memakai kata khusus bila ingin memperoleh pengertian yang lebih pas dengan apa yang ia maksudkan.




Contoh:


1.Ibu menanam pohon di halaman.


2.Andri menawarkan bunga terhadap Isti.


3.Pak Budi membeli 10 ikan di pasar.




Demikianlah artikel dari pengajar.co.id, agar artikel ini mampu berfaedah.


Advertisement