Gudang Informasi

Perang Tondano

Perang Tondano
Perang Tondano

Pada kesempatan kali ini pengajar.co.id akan menciptakan postingan perihal Perang Tondano, yuk disimak ulasannya dibawah ini:


Perang Tondano




Perang Tondano


Perang tondano yang terjadi pada 1808-1809 yaitu perang yang melibatkan orang Minahasa di Sulawesi Utara dan pemerintah kolonial Belanda pada awal periode XIX.


Perang pada awal era XIX ini terjadi akhir dari implementasi politik pemerintah Kolonial Hindia Belanda oleh para pejabatnya di Minahasa,utamanya upaya mobilisasi perjaka untuk dilatih menjadi serdadu.




Sejarah dan Latar Belakang Perang Tondano 1 & 2


Perang Tondano 1 Latar belakangnya alasannya monopoli perdagangan beras VOC.


Perang Tondano 2 Latar belakangnya alasannya adanya Kebijakan Dandels yang ingin menambahkan serdadu yang 3000 menjadi 20.000




  • Perang Tondano I




Perang Tondano I terjadi pada masa kekuasaan VOC. Pada ketika hadirnya bangsa barat orang-orang Spanyol sudah hingga di Tondano (Minahasa, Sulawesi Utara).


Orang Spanyol di samping berdagang juga berbagi agama Katolik dengan tokohnya Franciscus Xaverius.


Pada waktu itu VOC sukses menanamkan pengaruhnya di Ternate. Bahkan Guberbur Ternate Simon Cos mendapatkan dogma dari Batavia untuk membebaskan Minahasa dari pengaruh Spanyol.


Pada waktu itu VOC sukses menanamkan pengaruhnya di Ternate. Bahkan Guberbur Ternate Simon Cos menerima akidah dari Batavia untuk membebaskan Minahasa dari efek Spanyol.




  • Perang Tondano II




Perang Tondano II terjadi dikala memasuki abad ke-19, yaitu pada masa ke-19, ialah pada abad kolonial Belanda. Perang ini dilatarbelakangi oleh kebijakan  Gubernur Jenderal Daendels.


Atas perintah Deandels melalui Kapten Hartingh, Residen Manado Prediger segera menghimpun para ukung (pemimpin walak atau tempat setingkat distrik). Dari Minahasa ditarget untuk menghimpun pasukan sejumlah 2.000 orang yang akan di kirim ke jawa


Ternyata orang-orang Minahasa tidak oke dengan acara Deandels untuk merekrut cowok-perjaka Minahasa selaku pasukan kolonial.


Kemudian para ukung bertekad untuk menyelenggarakan perlawanan kepada kolonial Belanda. Mereka memusatkan acara perjuangannya di Tondano Minahasa.


Dalam situasi Gubernur Prediger untuk meyerang pertahanan orang-orang Minahasa di Tondano, Minawanua, dengan cara membendung Sungai Temberan dan membentuk dua pasukan handal.


Tanggal 23 Oktober 1808 Belanda berhasil menyerang orang-orang Minahasa. Tanggal 24 Oktober 1808 Belanda menguasai Tondano dan merenggangkan serangan namun lalu orang-orang Tondano timbul dengan melakukan serangan.


Perang Tondano Ii berlasung lama sampai Agusttus 1809.  dalam situasi kepenatan banyak golongan pejuang kemudian memihak Belanda.


Namun dengan kekuatan yang ada para pejuanga Tondano terus memberikan perlawanan. Akhirnya tanggal 4-5 Agustus 1809 benteng pertahanan Moraya hancur bersama para pejuang. Mereka memilih mati daripada menyerah.




Tokoh Perang Tondano


Tokoh tokoh perang tondano 1 dan 2:



  1. Tewu

  2. Sarapung

  3. Korengkeng

  4. Lumingkewas Matulandi

    (Semua berasal dari tondano-minawanua),

  5. Lonto kamasi Kepala Walak Tomohon

  6. Ukung mamahit dari Walak Remboken.




Akhir Perang Tondano


Kisah perang Tondano yang selsai pada permulaan kala ke XIX di ketika berkuasanya VOC di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Daindels, telah memanggil perhatian yang cukup besar alasannya perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara terhadap penjajahan Belanda tidaklah tanggung-tanggung.


Mereka berperang sampa tetes darah penghabisan di Benteng Moraya bareng para pemimpinnya terdiri dari Lonto, Tewu, Matulandl, Mamahit, Korengkeng.


Lumingkewas, Sarapung, Sepang, Kepel serta lain-lainnya yang kisahnya tidak kalah dengan pahlawan nasional seperti Pattimura, Hasssanudin, Diponegoro dan Imam Bonjol.


Pada tanggal 5 Agustus 1809, waktu sang surya menampakan cahayanya di ufuk timur, yang disinari bukan lagi Minawanua di hari kemarin, tetapi tinggal puing-puing awut-awutan, ditaburi mayat-mayit, bau bau darah dan tumpukan bara api.


Tak ada lagi anak negeri yang bangun bareng sang surya berjaga-jaga di Benteng Moraya dan Benteng Paapal. Semuanya sudah musnah bersama Wanua tersayang. Inilah final dari sebuah usaha panjang rakyat Minahasa dalam menjaga keberadaan martabat kebangsaannya.


Hanya dengan satu kalimat dinyatakan oleh Dr. E.C. Molsborgen, yang menggambarkan semangat dan jiwa perjuangan Minawanua: “de dappere tegenstand tegen een overmacht had de Tondaneers niet gebaat” lihat (Supit 1991:84).




Dampak Perang Tondano



  1. Jatuhnya korban dari kedua belah pihak

  2. Kerugian materi maupun non bahan dari kedua belah pihak

  3. Jatuhnya daerah Tondano ke tangan Belanda

  4. Penderitaan rakyat yang kian memburuk

  5. Terpengaruhnya orang-orang Minahasa (pejabat pribumi) oleh Belanda.




Proses perlawanan Aceh terhadap Portugis


Proses perlawanan Aceh terhadap Portugis


Pada Tahun 1523 melancarkan serangan dibawah pimpinan Henrigues dan diteruskan oleh de Sauza pada tahun selanjutnya.


Namun perlawanan yang dikerjakan senantiasa menemui kegagalan. Maka, untuk melemahkan Aceh, Portugis melancarkan serangan dengan mengganggu kapal-kapal jualan Aceh.


Selain mengganggu pedagangan rakyat Aceh, Portugis juga ingin merampas kedaulatan Aceh.  Hal itu membuat rakyat Aceh marah dan balasannya melakukan perlawanan.


Usaha-perjuangan Aceh Darussalam untuk menjaga diri dari bahaya Portugis, antara lain:



  1. Aceh berhasil menjalin relasi baik dengan Turki, Persia, dan Gujarat (India),

  2. Aceh mendapatkan perlindungan berupa kapal, tentara, dan masakan dari beberapa penjualmuslim di Jawa,

  3. Kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi dengan persenjataan yang cukup baik dan serdadu yang handal,

  4. Meningkatkan kerja sama dengan Kerajaan Demak dan Makassar.


Semangat rakyat Aceh untuk mengusir Portugis dari Aceh sangatlah besar. Puncaknya yakni pada abad pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636).


Sultan Iskandar Muda menjajal memperbesar kekuatan dengan melipatgadakan kekuatan pasukannya, angkatan bahari diperkuat dengan kapal-kapal besar yang berisi 600-800 prajurit, pasukan kavaleri dilengkapi dengan kuda Persia, menyiapkan pasukan gajah dan milisi infanteri.


Perlawanan terus dikerjakan. Permusuhan antara Aceh dan Portugis berjalan terus namun sama-sama tidak berhasil mengalahkan, sampai jadinya Malaka jatuh ke tangan VOC tahun 1641.


VOC berencana membuat Malaka menjadi pelabuhan yang ramai dan ingin membangkitkan kembali kegiatan jual beli seperti yang pernah dialami Malaka sebelum kedatangan Portugis dan VOC.


Kemunduran Aceh mulai terlihat setelah Iskandar Muda wafat dan penggantinya adalah Sultan Iskandar Thani (1636–1841).


Pada ketika Iskandar Thani memimpin Aceh masih dapat mempertahankan kebesarannya. Tetapi setelah Aceh dipimpin oleh Sultan Safiatuddin 91641–1675) Aceh tidak mampu berbuat banyak menjaga kebesarannya


Di antara raja-raja Kerajaan Aceh yang melakukan perlawanan adalah:


Sultan Ali Mughayat Syah (1514–1528). Berhasil membebaskan Aceh dari upaya penguasaan bangsa Portugis


Sultan Alaudin Riayat Syah (1537–1568). Berani menentang dan mengusir Portugis yang bersekutu dengan Johor.


Sultan Iskandar Muda (1607–1636). Raja Kerajaan Aceh yang terkenal sangat gigih melawan Portugis ialah Iskandar Muda. Pada tahun 1615 dan 1629, Iskandar Muda melaksanakan serangan terhadap Portugis di Malaka.


Setelah Aceh mengalami kekalahan perang yang berkali-kali membuat Aceh tidak mempunyai pengaruh lagi diperdagangan dan efek di kerajaan di tanah Melayu dan membuat Portugis kian besar, meskipun Aceh kalah perang dengan Portugis tetapi Aceh tidak bisa dikuasai oleh Portugis.




Tujuan Berperang Tondano




  • Perang Tondano 1:




Karena Belanda meminta rakyat minahasa untuk menyerahkan berasnya untuk dijadikan monopoli perdagangan, rakyat minahasa menolak aktivitas monopili tersebut. jadi tujuan perang tondano 1 menolak monopoli jual beli (beras) yg akan dilaksanakan Belanda




  • Perang Tondano 2:




Daendels yang kekurangan koloninya untuk melawan Inggris yg ingin menguasai pulau Jawa, kesannya Daendels mengambil koloni-koloni tsb dari org pribumi. tetapi org minahasa tak ingin menyerahkan pemuda-pemudanya untuk dijadikan koloni Belanda. jadi tujuan perang Tondano 2 ini menolak dijakannya orang pribumi(minahasa) utk dijadikan koloni Belanda




Akhir Kata


Demikianlah ulasan dari pengajar.co.id tentang Perang Tondano 1 & 2: Tokoh, Akhir, Dampak, Latar Belakang, Sejarah, Penyebab, Proses Perlawanan Aceh Terhadap Portugis, Tujuan, Semoga bisa berguna buat anda.


Advertisement