Gudang Informasi

√Penduduk Madani

√Penduduk Madani
√Penduduk Madani

Latar belakang lahirnya masyarakat Madani


Masyarakat Madani : Karakteristik, Pengertian, Ciri-ciri, Lahirnya ungkapan “Masyarakat Madani” di Indonesia bermula dari pemikiran Dato Anwar Ibrahim, ketika itu sedang memegang jawatan selaku Menteri kewangan dan Timbalan Perdana Menteri Malaysia, dikala berucap dalam Simposium Nasional, Forum Ilmiah, Festival Istiqlal, Indonesia pada 26 september 1995.




Istilah ‘penduduk madani’ bekerjsama masih gres, dikutip dari pemikiran Prof. Naquib al-Attas spesialis falsafah kontemporari dari Malaysia. Kemudian diperakui oleh beberapa pakar di Indonesia termasuk Nurcholish Madjid yang telah melakukan rekonstruksi (pengulangan semula) terhadap penduduk madani dalam sejarah Islam.





Konsep masyarakat Madani


Masyarakat madani ialah sebuah tatanan kehidupan masyarakat yang demokratis, pluralistis,transparan dan partisipatif dimana peran infra dan supra struktur berada dalam keseimbangan yang dinamis. Berbagai perubahan –pergeseran sosial-politik yang cukup signifikan terjadi oleh sementara orang dipandang selaku pendorong proses demokratisasi dan pertumbuhan masyarakat madani tetapi, sebagian usulan mengatakan kesempatan masyarakat madani dalam tahun-tahun mendatang tampaknya belum serba niscaya .




Ada pertumbuhan tertentu yang menyenangkan kondusif , dan mendukung bagi pencipta masyarakat madani, tetapi pada ketika yang sama ada juga pertumbuhan dan indikasi tertentu (social confliet) yang kurang menyenangkan yang pada gilirannya mampu menjadi Constraints bagi kemajuan penduduk madani .Bahkan selaku pengamat menyaksikan terjadi pergeseran nilai-nilai sosial politik dalam tatanan penduduk sebagai siklus pergeseran di mana kita tengah berada pada titik memulai kembali pembentukan masyarakat madani dengan menyatukan kembali perbedaan-perbedaan menjadi suatu legalisasi atas pruralitas yang stabil dan dinamis, yang didalamnya masyarakat madani yang memiliki ruang untuk bernapas dengan komitmen kemanusiaan dan keadilan.




Akan tetapi mesti diakui, membangun sebuah masyarakat yang berperadaban, maju dan bermartabat dalam ikatan persamaan dan persaudaraan sejati memerlukan kerangka dan pendekatan yang lebih bersifat evolusioner dari pada revolusioner . Pada saat yang serupa kerangka dan pendekatan ini secara implisir memperlihatkan ongkos sosial sekurang-kurangnyasebaliknya pendekatan revolusioner dalam masyarakat madani, tidak saja akan meminta biaya social mahal, namun bahkan mampu merusak ketertiban dan keteraturan masyarakat yang ialah esensi penduduk madani itu sendiri. Dari pemahaman tersebut diatas, arah dan kesempatan menuju masyarakat madani sungguh memerlukan waktu.




Niat baik pemerintah kota membangun penduduk madani tidak cukup dan sukar terealisir jika masyarakat tidak merencanakan diri dengan matang dan sabar. Adalah mustahil untuk menegakkan suatu pluralistis yang berakar dari kesamaan dan persaudaraan sejati bila penghormatan pada martabat dan nilai kemanusiaan masih jauh di depan mata. Intinya membangun suatu penduduk madani memerlukan kesepakatan bareng semua pihak. Masyarakat madani atau yang disebut pihak Barat selaku “Civil Society” memiliki prinsip asas pluralis, toleransi dan hak asasi manusia serta terkandung di dalamnya prinsip ‘demokrasi’.




Sehingga sekarang penduduk madani dalam erti kata negara telah menjadi satu cita-cita untuk negara Indonesia, walaupun bekerjsama dalam daerah-kawasan tertentu, kehidupan yang menyentuh prinsip asas masyarakat madani itu sudah dipraktikkan. Sebagai bangsa yang pluralis dan majmuk, model penduduk madani ialah satu model mayarakat Indonesia demi merealisasikan integriti sosial dan integriti nasional.




Mencari kesepadanan perkataan “masyarakat madani” dalam laras bahasa Indonesia memang agak sulit. Kesukaran ini tidak hanya disebabkan terdapat hambatan psikologi untuk menggunakan istilah-ungkapan tertentu yang berbau Arab-Islam namun juga kerana tiadanya pengalaman empiris penerapan nilai-nilai “penduduk madaniyah” dalam tradisi kehidupan sosial dan politik bangsa Indonesia.




Namun banyak pihak yang menyamakan istilah ini dengan ungkapan ‘civil society’, ‘societas civilis’ (Romawi) atau koinonia politike (Yunani). Padahal ungkapan “masyarakat madani” dan “civil society” berasal dari dua metode budaya yang berlainan. Masyarakat madani merupakan penerjemahan pengislaman “ civil society” dan bentuk penduduk madinah yang dibangun nabi Muhammad. Pengertian antara civil society ialah buah modernitas , sedangkan modernitas ialah buah dari gerakan renaisans , sedangkan masyarakat madani lahir dalam isyarat tuhan.




Pengertian Masyarakat Madani


Masyarakat madani yaitu sebuah masyarakat yang hidup secara tolong-menolong membangun tatanan sosial yang adil dan beretika sesuai dengan nilai-nilai idiologi selaku sebuah komitmen bersama dan nilai-nilai religius. Secara jelasnya pula pemahaman penduduk madani yakni “ penduduk yang mengakui akan kebebasan individu untuk berkarya terlepas dari hegemoni Negara dan menekankan kepada kebasan individu yang bertanggung jawab.” Secara umum atau etimologi, masyarakat madani berarti masyarakat yang utama.




Ciri – Ciri Masyarakat yang Madani


Masyarakat Madani dicirikan dengan penduduk yang terbuka , penduduk yang bebas dari efek kekuasaan dan tekanan Negara , penduduk yang kritis dan ikut serta aktif membangun demokrasi. Sebab salah satu syarat penting bagi demokrasi yaitu terciptanya partisipasi masyarakat dalam proses proses pengambilan keputusan yang dikerjakan oleh Negara dan pemerintahan.




Menurut Hang Sung Joo ada 4 ciri penduduk yang madani itu, diantaranya :



  • Diakui dan dilindungi hak – haknya dan kemerdekaan berserikat serta mandir dari Negara.

  • Adanya ruang public yang memperlihatkan keleluasaan bagi siapapun dalam mengartikulasikan gosip – info politik

  • Terdapatnya gerakan – gerakan kemasyarakatan yang berdasar pada nilai – nilai budaya tertentu

  • Terdapat kelompok inti diantara kalangan pertengahan yang mengakar dalam penduduk   dan melaksanakan modernisasi social ekonomi





Karakteristik penduduk madani


Bertuhan


Artinya bahwa penduduk tersebut merupakan masyarakat yang beragama , yang mengakui adanya ilahi dan menempatkan hukum ilahi selaku landasan yang mengontrol kehidupan social. Manusia secara universal mempunyai posisi yang sama menurut fitrah kebebasan dalam kehidupannnya, sehingga kesepakatan terhadap kehidupan social yang juga dilandasi oleh relativitas insan dihadapan Tuhan. Landasan hukum Tuhan dalam kehidupan social itu lebih objektif  dan adil , alasannya adalah tidak adanya kepentingan golongan tertentu yag diutamakan dan tidak ada kalangan lain yang diabaikan.




Damai


Artinya masing – masing unsur penduduk , baik secara individu maupun kelompok menghormati pihak lain secara adil. Kelompok social lebih banyak didominasi hidup berdampingan dengan kelompok minoritas sehingga tidak timbul kecemburuan social. Kelompok yang besar lengan berkuasa tidak menganiaya yang lemah , sehingga tirani minoritas  dan anarki dominan mampu dihindarkan.




Tolong – menolong


Yaitu berpartisipasi membantu masyarakat yang mebutuhkan tanpa mencampuri permasalahan internal individu lain yang dapat mengurangi kebebasannya. Prinsip tolong –menolong antara penduduk   didasarkan pada faktor kemanusiaan  serta kesulitan hidup yang dihadapi oleh sebagian anggota masyarakat tertentu, sedangkan pihak lain mempunyai kemampuan menolong untuk merenggangkan kesulitan hidup tersebut.




Toleran


Artinya tidak mencampuri permasalahan eksklusif pihak lain yang telah diberikan oleh ilahi selaku kebebasan manusia dan tidak mengusik kegiatan orang lain. Masalah yang mencolokdari perilaku  toleran ini adalah sikap keagamaan., dimana setiap masyarakat memiliki keebasan menentukan agamanya masing – masing dan tidak ada hak bagi orang lain yang berbeda agama untuk mencampurinya. Keyakinan beragama tidak dapat dipaksakan. Rasio dan pengalaman hidup keagamaan manusi mampu menentukan sendiri yang dianggap benar.




Keseimbangan antara hak dan kewajiban


Setiap anggota penduduk memiliki hak dan keharusan yang sepadan untuk membuat kedamaian , kemakmuran dan keutuhan masyarakatnya sesuai dengan keadaan masing – masing.




Berperadaban tinggi


Artinya bahwa penduduk tersebut mempunyai kecintaan  terhadap ilmu pengetahuan dan menerapkannya serta mempergunakan perkembangan ilmu wawasan untuk kemaslahatan hidup penduduk . Ilmu pengetahuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ilmu wawasan menunjukkan fasilitas dalam meningkatkan harkat dan martabat penduduk pada umumnya.




Berakhlak mulia


Yaitu penduduk mempuyai akhlak yang baik dan menerapkannya dalam konsep penduduk itu sendiri. Yang dimaksud dengan pilar penegak masyarakt madani yaitu institusi – institusi yang menjadi bagisn dari social control yang berfungsi mengkritisi kebijakan – kebijakan penguasa yang diskriminatif serta bisa memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas . dalam penegakan penduduk madani, pilar tersebut menjadi prasyarat mutlak bagi terwujudnya kekuatan masyarakat madani.




Masyarakat Madani Dalam Islam


Membangun masyarakat dalam kacamata Islam adalah tugas jama’ah, kewajiban bagi setiap muslim.  Islam memiliki landasan besar lengan berkuasa untuk melahirkan masyarakat yang beradab, komitmen pada perjanjian sosial (baiat pada kepemimpinan Islam) dan norma yang sudah disepakati bareng (syariah). Bangunan sosial masyarakat muslim itu ciri dasarnya: ta’awun (gotong royong), takaful (saling menanggung), dan tadhomun (memiliki solidaritas).




Masyarakat ideal – kerap disebut penduduk madani yang kadang disamakan  dengan masyarakat sipil (civil society), adalah masyarakat dengan tatanan sosial yang bagus, berazas pada prinsip akhlak yang menjamin keseimbangan antara hak dan kewajiban individu dengan hak dan keharusan sosial.  Pelaksanaannya antara lain dengan terbentuknya pemerintahan yang tunduk pada hukum dan undang-undang dengan sistem yang transparan.Dalam konteks ini, kita menentukan mengartikan penduduk madani sebagai terjemahan dari kosa kata bahasa Arab mujtama’ madani.




Kata ini secara etimologis mempunyai dua arti, pertama, masyarakat kota, alasannya kata ‘madani’ berasal dari kata madinah yang bermakna ‘kota’, yang menawarkan banyaknya kegiatan, dinamis, dan penuh dengan kreativitas; kedua, penduduk peradaban, alasannya adalah kata ‘madani’ juga merupakan turunan dari kata tamaddun yang mempunyai arti ‘peradaban’.  Masyarakat madani adalah penduduk yang menjunjung tinggi nilai-nilai peradaban.




Nabi Muhammad Rasulullah sendiri yang memberi contoh kepada umat manusia ke arah pembentukan masyarakat peradaban. Setelah belasan tahun berjuang di kota Mekkah tanpa hasil yang terlalu mengasyikkan, Allah memberikan isyarat untuk hijrak ke Yastrib, kota wahah atau oase yang subur sekitar 400 km sebelah utara Mekkah. Sesampai di Yastrib, sesudah perjalanan berhari-hari yang amat bikin capek dan penuh kerahasiaan, Nabi disambut oleh penduduk kota itu, dan para gadisnya menyanyikan lagu Thala’a al-badru ‘alaina (Bulan Purnama sudah menyingsing di atas kita), untaian syair dan lagu yang kelak menjadi amat terkenal di seluruh dunia. Kemudian setelah mapan dalam kota hijrah itu, Nabi mengganti nama Yastrib menjadi al-Madinat al-nabiy (kota nabi).




Secara konvensional, perkataan “madinah” memang diartikan selaku “kota”. Tetapi secara ilmu kebahasaan, perkataan itu mengandung makna “peradaban”. Dalam bahasa Arab, “peradaban” memang dinyatakan dalam kata-kata “madaniyah” atau “tamaddun”, selain dalam kata-kata “hadharah”. Karena itu tindakan Nabi mengganti nama Yastrib menjadi Madinah, pada hakikatnya adalah sebuah pernyataan niat, atau proklamasi, bahwa beliau bersama para pendukungnya yang terdiri dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar hendak mendirikan dan membangun mansyarakat beradab.




Demikianlah artikel dari pengajar.co.id, supaya artikel ini dapat berfaedah.


Advertisement